ANGGARAN BAHAN BAKU
1.
Siswa dapat mengetahui anggaran bahan baku
2.
Siswa dapat mengetahui tujuan penyusunan anggaran
bahan baku
3.
Siswa dapat mengetahui jenis - jenis anggaran bahan
baku
4.
Siswa dapat mengetahui manfaat dari anggaran bahan
baku
5.
Siswa dapat mengetahui data dan informasi anggaran
bahan baku
2.1.Pengertian Bahan Baku
Dalam pengendalian bahan baku,
salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan membuat
anggaran pembelian bahan baku. Bahan baku dapat dianggarkan dalam satuan (unit)
uang. Anggaran pembelian bahan baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang
harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan
secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
Anggaran Bahan Baku adalah semua
anggaran yang berhubungan
dan merencanakan secara
lebih terperinci tentang
penggunaan bahan baku
untuk proses produksi selama periode yang akan datang. Bahan baku
yang digunakan dalam
proses produksi dikelompokkan menjadi Bahan Baku Langsung (Direct Material) dan Bahan Baku Tak Langsung (Indirect Material). Bahan
baku langsung adalah
semua bahan baku yang
merupakan bagian barang yang jadi yang dihasilkan. Biaya yang
dikeluarkan untuk membeli bahan baku langsung ini mempunyai hubungan yang erat
dan sebanding dengan jumlah
barang jadi yang
dihasilkan. Sehingga biaya bahan
baku langsung merupakan
biaya variable bagi perusahaan. Bahan baku tak
langsung adalah bahan
mentah yang ikut berperan
dalam proses produksi, tetapi
tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan. Seandainya barang jadi yang dihasilkan adalah meja dan kursi kayu merupakan bahan
baku baku langsung,
sedangkan paku dan
cat merupakan bahan baku tak langsung.
Anggaran bahan
baku hanya merencanakan
kebutuhan dan penggunaan bahan baku langsung. Bahan mentah
tak langsung akan
direncanakan dalam anggaran biaya
overhead pabrik.
Fungsi Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Ada 2 fungsi penting anggaran bahan baku, yaitu :
Ada 2 fungsi penting anggaran bahan baku, yaitu :
- Sebagai
dasar untuk menyusun budget pembelian bahan mentah, jumlah satuan bahan
mentah yang dibeli ditentukan oleh beberapa banyak satuan bahan mentah
yang dibutuhkan oleh berapa banyak satuan bahan mentah dibutuhkan dalam
proses produksi.
- Sebagai
dasar untuk menyusun anggran biaya bahan mentah besarnya biaya bahan
mentah ditentukan oleh berapa banyak satuan bahan mentah tersebut
dibutuhkan untuk proses produksi.
- Sebagai
Data dan informasi untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan mentah
Manfaat
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Anggaran bahan baku mempunyai 3 kegunaan pokok yaitu :
Anggaran bahan baku mempunyai 3 kegunaan pokok yaitu :
a.
Sebagai pedoman kerja.
b. Sebagai alat untuk menciptakan koordinasi kerja.
c. Sebagai alat untuk melakukan pengawasan kerja.
b. Sebagai alat untuk menciptakan koordinasi kerja.
c. Sebagai alat untuk melakukan pengawasan kerja.
Data dan Informasi Untuk Menyusun
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Data dan informasi digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan baku adalah:
Data dan informasi digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan baku adalah:
- Rencana
produksi yang tertuang dalam anggaran yang akan diproduksi. Khususnya
tentang jumlah dari masing-masing jenis barang yang akan diproduksi dari
waktu ke waktu selama periode tertentu.
- Berbagai
standar pemakaian bahan baku dari masing-masing bahan baku untuk proses
produksi, yang ditetapkan dan berlaku di perusahaan. Standar pemakaian
bahan baku diperlukan untuk mengendalikan efisiensi pemakaian bahan baku
(controlling).
Ada 2 metode
yang menetapkan standar data dan informasi dalam perusahaan, yaitu:
a.
Data historis atau data pengalaman diwaktu-waktu yang telah lalu.
Caranya adalah
dengan melihat jumlah unit yang dihasilkan di suatu waktu yang lalu dan
kemudian membandingkan dalam satuan jumlah satuan unit bahan mentah yang habis
terpakai untuk waktu produksi pada bulan tersebut, maka dari hasil itu dapat
diketahui penggunaan bahan mentah rata-rata untuk unit produk.
b.
Data penelitian khusus. Pada data penelitian khusus dengan mengabaikan data
pengalaman di waktu-waktu yang telah lalu. Cara ini misalnya dapat dilakukan
dengan :
1. Mengukur
secara fisik barang jadi yang telah selesai diproduksi, agar dapat diketahui
jumlah satuan unit bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan produk tersebut.
Misalnya PT. Charisma yang bergerak dalam produksi mebel akan
menghasilkan meja dan kursi. Maka, hal yang dilakukan adalah mengukur meja dan
kursi yang telah selesai diproduksi, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
kebutuhan bahan baku berupa kayu yang dipakai.
2. Melakukan
penelitian dan pengukuran secara laboratories terhadap produk yang
dihasilkannya. Hal ini biasanya dipakai pada barang atau produk yang tidak
mudah diukur penggunaan bahan baku secara visual, tanpa bantuan alat khusus,
Misal obat-obatan, minuman, kosmetik, dll.
3. Mengadakan
percobaan-percobaan proses produksi secara efisien, sambil diukur pemakaian
bahan mentahnya.
2.2.Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku
Secara ringkas tujuan penyusunan angaran bahan
baku, antara lain :
1.Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku
2.Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang
diperlukan
3.Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan
Untuk melaksanakan pembelian bahan baku.
4.Sebagai dasar penyusunan biaya produksi,
yakni memperkirakan komponen
harga pokok
pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi.
5.Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan
baku.
2.3. Jenis -
jenis Anggaran Bahan Baku
Anggaran Bahan Baku ini terdiri dari empat jenis
anggaran, yaitu :
2.3.1.Anggaran Kebutuhan Bahan Baku (Unit
of Direct Materials
Used Budget)
Anggaran Kebutuhan
Bahan Mentah disusun
untuk merencanakan jumlah fisik
bahan baku langsung
yang diperlukan, bukan
nilainya dalam rupiah.
Secara terperinci anggaran ini harus dicantumkan
:
a. Jenis
barang jadi yang dihasilkan.
b. Jenis
bahan baku yang digunakan.
c. Bagian-bagian
yang dilalui dalam proses produksi.
d. Standar
penggunaan bahan baku.
e. Waktu
penggunaan bahan baku.
Standar penggunaan bahan (SP) adalah bilangan yang
menunjukkan berapa satuan bahan baku yang diperlukan untuk
menghasilkan 1 (satu) satuan barang jadi.
Contoh :
Standar
Penggunaan = 2,
untuk barang jadi
A dan bahan
baku X. Artinya
untuk menghasilkan unit barang A diperlukan 2
unit bahan baku X.
Manfaat dari anggaran
kebutuhan bahan baku berguna sebagai
dasar untuk penyusunan Anggaran
Pembelian Bahan Baku
dan Angaran Biaya Bahan Baku.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi penyusunan kebutuhan anggaran bahan baku, yaitu:
ü Anggaran Unit yang
akan Diproduksi, khususnya
rencana tentang jenis (kualitas) dan
jumlah (kuantitas) barang
yang akan diproduksi
dari waktu ke waktu
selama periode yang
akan datang. Semakin
besar jumlah unit yang akan diproduksi, akan semakin besar pula
jumlah unit bahan bakunya, semakin
kecil jumlah unit
yang akan diproduksi,
akan semakin kecil pula
jumlah unit bahan
baku yang dibutuhkan
untuk proses produksi.
ü Berbagai standar pemakaian
bahan ( Standard Usage
Rate ) dari masing-masing jenis
bahan baku untuk proses
produksi yang telah ditetapkan perusahaan.
Dalam rangka mengetahui
jumlah unit bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi,pada umumnya perusahaan telah
menetapkan standar-standar pemakaian
tiap-tiap jenis bahan baku. Untuk menetapkan
angka-angka standard ini
dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
1. Dengan cara yang mendasarkan diri pada data historis atau
pengalaman dari periode
waktu yang lalu.
Dengan membandingkan antara jumlah
produk yang dihasilkan
pada suatu periode
dengan jumlah bahan baku yang
digunakan untuk berproduksi pada
periode yang sama.
2. Dengan cara yang mendasarkan diri pada penelitian-penelitian
khusus di dalam pabrik atau dengan melihat angka penggunaan rata-rata yang
ditentukan secara statistik.
2.3.2. Anggaran Pembelian Bahan Baku
Anggaran Pembelian
Bahan Baku berisi
rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh perusahaan
dalam periode waktu mendatang. Ini harus
dilakukan secara hati-hati terutama
dalam hal jumlah
dan waktu pembelian.
Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan berbagai
resiko, misalnya
bertumpuknya bahan baku
di gudang yang mungkin
itu dapat mengakibatkan
penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan baku yang bergiliran
untuk diproes, atau biaya penyimpanan yang menjadi lebih besar. Apabila jumlah
bahan baku yang
dibeli terlalu kecil,
juga akan mendatangkan resiko
berupa terhambatnya kelancaran
proses produksi akibat kehabisan bahan baku,
serta timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan baku pengganti
secepatnya.
Jumlah Pembelian yang paling Ekonomis (economical order
quantity).
Hal yang perlu dipikirkan oleh perusahaan selain besarnya
kebutuhan juga besarnya
jumlah bahan baku
setiap kali dilakukan pembelian,yang menimbulkan biaya paling rendah tetapi tidak
mengakibatkan kekurangan bahan baku. Jumlah pembelian dapat dihitung dengan
EOQ (Economical Order
Quantity). Dalam EOQ
ini dipertimbangkan 2 jenis biaya yang bersifat varibel, yaitu :
a. Biaya Pemesanan
Yaitu
biaya - biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan kegiatan
pemesanan bahan baku.
Biaya ini berubah
- ubah sesuai
dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi pemesanannya semakin tinggi
pula biaya pemesannanya. Sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah
(kuantitas) bahan baku
setiap kali pemesanan.
Hal ini disebabkan karena semakin besarnya jumlah setiap kali pemesan dilakukan,
berarti frekuensi pemesanan menjadi semakin rendah.
Contoh
: biaya -
biaya persiapan pemesanan,
biaya administrasi,
biaya pengiriman pesanan, dll.
b. Biaya Penyimpanan
Yaitu biaya -
biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan kegiatan penyimpanan bahan baku yang telah dibeli.
Biaya ini juga
berubah sesuai dengan jumlah
bahan baku yang
disimpan. Semakin besar jumlah bahan baku setiap kali pemesanan
maka biaya penyimpanan akan semakin besar pula. Jelaslah bahwa biaya penyimpanan
mempunyai sifat yang berlawanan dengan biaya pemesanan.
Contoh
: biaya pemeliharaan, biaya
asuransi, biaya perbaikan
kerusakan, dll.
Waktu
Pembelian Bahan Mentah
Untuk menjaga
kelancaran proses produksi
tidak cukup ditentukan jumlah bahan baku yang dibeli. Harus ditentukan pula kapan
pemesanan bahan baku
harus dilakukan agar
bahan baku itu
dapat datang tepat pada
waktu dibutuhkan. Bahan baku yang datang terlambat akan mengakibatkan
terganggunya kelancaran proses produksi. Kadang-kadang perlu
dicari bahan baku
pengganti agar proses produksi
tidak berhenti. Biaya-biaya
yang terpaksa dikeluarkan karena keterlambatan datangnya
bahan baku disebut Stock Out Cost.
Sebaliknya, bahan mentah yang datangnya terlalu awal akan menimbulkan masalah pula. Harus disediakan tempat penyimpanan dan
harus ditanggung pula
biaya pemeliharaan ekstra.
Biaya-biaya yang dikeluarkan karena bahan baku dating terlalu awal
diebut Extra Carrying Cost.
Karena itu
dalam menentukan waktu
pemesanan bahan baku
perlu diperhatikan factor
Lead Time. Lead
Time adalah jangka
waktu sejak dilakukannya pemesanan
sampai datangnya bahan
abku yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi. Setelah diperhitungkan factor lead
time, maka akan
dapat ditentukan Reorder
Point. Reorder Point
adalah saat di
mana harus dilakukan
pemesanan kembali bahan baku yang diperlukan.
Jadi untuk
merencanakan saat pemesanan
bahan baku pasa
periode mendatang, perlu diperhatikan
factor Lead Time,
Extra Carrying Cost dan
Stock Out Cost.
Dalam melakukan pengamatan
dengan data historis, harus dilakukan
terhadap beberapa data
untuk kemudian dihitung
probabilitasnya dari total pengamatan.
Bentuk Dasar
Anggaran Pembelian Bahan Baku telah
diuraikan sebelumnya bahwa anggaran
pembelian bahan baku dapat
disusun apabila total
kebutuhan bahan baku untuk suatu
periode telah ditentukan, dengan perhitungan sebagai berikut :
Persediaan Akhir xx
Kebutuhan bahan baku untuk produksi xx
+
Jumlah kebutuhan xx
Persediaan Awal xx
±
Pembelian Bahan Baku xx
Dalam anggaran pembelian bahan baku dicantumkan
:
1. Jenis
bahan yang digunakan dalam proses produksi.
2.
Jumlah yang harus dibeli.
3. Harga
per satuan bahan mentah.
2.3.3. Anggaran Persediaan Bahan Baku
Dalam penyusunan Anggaran
Kebutuhan Bahan Baku dan Anggaran Pembelian
Bahan Baku di
muka, tampak bahwa
masalah nilai persediaan awal dan persediaan akhir bahan
baku selalu diperhitngkan. Setiap
perusahaan mempunyai kebijkasanaan dalam menilai persediaan yang
berbeda.
Tetapi pada
dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat
dikelompokkan menjadi :
1.
Kebijaksanaan FIFO (First In First Out)
2.
Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out)
Dalam kebijaksanaan FIFO, bahan mentah yang lebih dahulu digunakan untuk produksi adalah bahan
mentah yang lebih dahulu masuk di gudang,
sehingga sering diterjemahkan
Masuk Pertama Keluar
Pertama. Dengan kata lain,
penilaian bahan baku
di gudang nilainya
diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.
Perlu diperhatikan dahulu
oleh perusahaan, kebijaksanaan mana yang akan dipilih. Hal penting dalam rangka penyusunan Anggaran Persediaan Bahan
Baku dan Anggaran
Biaya Bahan Baku
yang habis digunakan, karena
adanya perbedaan factor
perbedaan harga dari
waktu ke waktu. Harga
bahan baku mungkin
berbeda dari waktu
ke waktu, dan
ini perlu diperhatikan karena
nilai bahan baku
yang ada di
dalam gudang dan dipakai untuk produksi juga berbeda
dari waktu ke waktu. Karena itu harus diperhitungkan, apakah bahan
mentah digunakan secara LIFO atau FIFO.
Salah satu
tujuan penyusunan Anggaran
Perusahaan Bahan Baku adalah
untuk pengawasan, tingkat
persediaan bahan baku
di gudang yang
tidak terkontrol akan
sangat membahayakan perusahaan
sendiri. Dengan mendasarkan diri
pada Anggaran Persediaan
Bahan Baku, maka
dapat dilihat apakah penggunaan bahan baku dan bahan baku yang tersisa sebagai
persediaan sesuai dengan rencana semula ataukah terjadi penyimpangan.
Besarnya bahan baku
yang harus tersedia untuk
kelancaran proses produksi
tergantung pada beberapa factor, seperti :
1. Volume produksi selama satu
periode waktu tertentu
(dapat dilihat pada
Anggaran Produksi).
2. Volume Bahan Baku
Minimal, yang disebut
safety stock (persediaan
besi).
3. Besarnya pembelian yang ekonomis.
4.Estimasi tentang naik
turunnya harga bahan
baku pada waktu-waktu
mendatang.
5. Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
6. Tingkat kecepatan bahan baku rusak.
Persediaan Besi
Persediaan besi
adalah persediaan minimal bahan
baku yang harus dipertahankan untuk menjamin
kelangsungan proses produksi. Di muka telah disinggung sedikit bahwa
persediaan bahan besi merupakan
salah satu factor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan saat dilakukannya pemesanan bahan baku (Re
Order Period).Besarnya persediaan besi
ditentukan oleh beberapa
factor, antara lain :
1. Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan,
apakah selalu tepat pada
waktunya atau tidak.
Apabila leveransir selalu tepat
waktu dalam menyerahkan
pesanan kita maka
resiko kehabisan bahan mentah
relative kecil, sehingga
persediaan besi tidak terlalu
besar. Sebaliknya, bila
leveransir biasanya terlambat datang maka resiko kehabisan bahan
mentah terlalu besar, sehingga perlu ada persediaan besi yang besar pula.
2. Jumlah bahan
baku yang dibeli
setiap kali pemesanan.
Apabila jumlah bahan baku
yang dibeli besar,
maka persediaan rata-rata
di atas persediaaan besi
besar pula, sehingga
resiko kehabisan bahan baku relative kecil, begitu pula
sebaliknya.
3. Dapat diperkirakan atau
tidaknya kebutuhan bahan
baku secara tepat. Bagi perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku secara
tepat, maka resiko
kehabisan bahan baku kecil
(karena bahan baku
yang dibutuhkan sudah
disediakan sepenuhnya), begitu pula sebaliknya.
4. Perbandingan antara
biaya penyimpanan bahan
baku dan biaya ekstra
karena kehabisan bahan
baku. Apabila biaya
penyimpanan tampak lebih besar
daripada biaya ekstra
akibat kehabisan bahan baku
maka tidak perlu
adanya persediaan besi
yang terlalu besar, begitu pula
sebaliknya.
Bentuk Dasar Anggaran Persediaan Bahan Baku
Dalam Anggaran
Persediaan Bahan Baku
perlu diperinci hal-hal
sebagai berikut :
1.
Jenis bahan
baku yang digunakan
2.
Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang tersisa sebagai persediaan
3.
Harga per
unit masing-masing jenis bahan baku,Nilai bahan baku yang disimpan sebagai
persediaan.
2.3.4. Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis
Digunakan dalam Produksi
Tentu tidak
semua bahan baku
yang tersedia akan
habis digunakan untuk produksi.
Hal ini disebabkan karena 2 hal, yakni :
1. Perlu adanya persediaan akhir,
yang akan menjadi persediaan awal periode berikutnya.
2. Perlu adanya persediaan besi
agar kelangsungan produksi tidak terganggu akibat kehabisan bahan baku.
Bahan mentah yang
telah digunakan dalam
proses produksi harus dihtung
nilainya. Rencana besarnya
nilai bahan baku
yang habis digunakan dalam proses
produksi dituangkan dalam
suatu anggaran tersendiri
disebut Anggaran Bahan Baku yang Habis Digunakan.Manfaat disusunnya
Anggaran Bahan Baku
yang Habis Digunakan antara lain adalah ;
1. Untuk keperluan Produk Costing,
yaitu perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan perusahaan.
2. Untuk keperluan pengawasan
penggunaan bahan baku.
Bentuk Dasar Anggaran Biaya
Bahan Baku yang Habis Digunakan Dalam anggaran ini standar penggunaan bahan
baku masih diperhatikan, tetapi tidak dicantumkan pada Anggaran KebutuhanBahan
Baku. Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan perlu memperinci hal-hal :
1. Jenis
bahan baku yang digunakan.
2.
Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan untuk
produksi.
3. Harga
per unit masing-masing jenis bahan baku.
4. Nilai
masing-masing bahan baku yang habis digunakan dalam proses produksi.
5. Jenis
barang yang (dihasilkan dan) menggunakan bahan baku.
6. Waktu
penggunaan bahan baku.
Fungsi
Perencanaan, Koordinasi, dan Pengawasan pada Anggaran - anggaran Bahan Baku
Seperti halnya anggaran
produksi, anggaran kebutuhan bahan baku,persediaan bahan baku dan pembelian
bahan baku merupakan alat perencanaan bagi perusahaan. Dalam anggaran -
anggaran tersebut secara terperinci dibuat rencana tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan penggunaan bahan baku pada waktu mendatang.
ILUSTRASI SOAL:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
A. Data perkiraan penjualan tahun 2005
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Jenis Barang
|
Jumlah (Unit)
|
Harga/Unit (Rp)
|
Persed. Awal (unit)
|
Persed. Akhir (unit)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
X
|
150.000
|
15.000
|
60.000
|
40.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Y
|
300.000
|
16.000
|
30.000
|
50.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Z
|
200.000
|
19.000
|
35.000
|
65.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
b. Bahan baku digunakan dihitung menurut standar penggunaan kebutuhan
(Standard Usage Rate/SUR)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Jenis Bahan Baku
|
Satuan
|
SUR
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Barang X
|
Barang Y
|
Barang Z
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
Unit
|
2
|
3
|
4
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
Kg
|
3
|
0
|
3
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
Unit
|
1
|
4
|
2
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
c. Jumlah Persediaaan masing-masing adalah sebagai berikut :
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
jenis bahan baku
|
Persediaan Awal
|
Peresdiaan Akhir
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
75.000
unit
|
40.000 unit
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
100.000
kg
|
87.500 kg
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
100.000
unit
|
125.000 unit
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
d. perkiraan harga bahan baku sebagai berikut :
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
jenis bahan baku
|
Harga (Rp)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
8.000 / unit
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
5.000 / kg
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
7.500 / unit
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
DIMINTA
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Dari data di atas susunlah :
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1. anggaran produk masing-masing jenis
barang.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. anggaran kebutuhan bahan baku yang
dirinci menurut jenis barang dan jenis bahan baku
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. anggaran pembelian bahan baku yang
terperinci menurut jenis bahan baku dan nilainya
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4. anggaran pemakaian bahan baku yang
habis digunakan yang dirinci menurut jenis bahan baku dan jenis barang
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Jawaban:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PT YOGI
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ANGGARAN PRODUKSI (UNIT)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KETERANGAN
|
BARANG X
|
BARANG Y
|
BARANG Z
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PENJUALAN
|
150.000
|
300.000
|
200.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PERS. AKHIR
|
40.000
|
50.000
|
65.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KEBUTUHAN
|
190.000
|
350.000
|
265.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PERS. AWAL
|
60.000
|
30.000
|
35.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
JML. PRODUKSI
|
130.000
|
320.000
|
230.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PT YOGI
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ANGGARAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
BARANG
|
PRODUKSI (UNIT)
|
BAHAN BAKU - 1
|
BAHAN BAKU – 2
|
BAHAN BAKU - 3
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SUR
|
KEBUTUHAN
|
SUR
|
KEBUTUHAN
|
SUR
|
KEBUTUHAN
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
X
|
130.000
|
2
|
260.000
|
3
|
390.000
|
1
|
130.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Y
|
320.000
|
3
|
960.000
|
0
|
-
|
4
|
1.280.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Z
|
230.000
|
4
|
920.000
|
3
|
690.000
|
2
|
460.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
JUMLAH
|
2.140.000
|
1.080.000
|
1.870.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PT YOGI
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN BAKU
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KETERANGAN
|
BAHAN BAKU - 1
|
BAHAN BAKU - 2
|
BAHAN BAKU - 3
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KEBUTUHAN
|
2.140.000
|
1.080.000
|
1.870.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PERS. AKHIR
|
40.000
|
87.500
|
125.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
JUML. KEBUTUHAN
|
2.180.000
|
1.167.500
|
1.995.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PERS. AWAL
|
75.000
|
100.000
|
100.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
TOT. PEMBELIAN
|
2.105.000
|
1.067.500
|
1.895.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
HARGA/ SATUAN
|
8.000
|
5.000
|
7.500
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
NILAI PEMBELIAN
|
16.840.000.000
|
5.337.500.000
|
14.212.500.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PT YOGI
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ANGGARAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
BAHAN
|
PRODUK X
|
PRODUK Y
|
PRODUK Z
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KEBUTUHAN / UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
KEBUTUHAN / UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
KEBUTUHAN / UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
260.000
|
8.000
|
2.080.000.000
|
960.000
|
8.000
|
7.680.000.000
|
920.000
|
8.000
|
7.360.000.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
390.000
|
5.000
|
1.950.000.000
|
-
|
5.000
|
-
|
690.000
|
5.000
|
3.450.000.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
130.000
|
7.500
|
975.000.000
|
1.280.000
|
7.500
|
9.600.000.000
|
460.000
|
7.500
|
3.450.000.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Total Pemakaian
Bahan Baku
|
5.005.000.000
|
17.280.000.000
|
14.260.000.000
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
36.545.000.000
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kesimpulan
Anggaran Bahan Baku
adalah semua anggaran
yang berhubungan dan merencanakan secara lebih
terperinci tentang penggunaan
bahan baku untuk proses produksi selama periode yang
akan datang.
Secara ringkas tujuan penyusunan angaran bahan
baku, antara lain, memperkirakan
jumlah kebutuhan bahan baku, memperkirakan
jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan, sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku, sebagai dasar penyusunan biaya
produksi, yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi, sebagai dasar melaksanakan
fungsi pengawasan bahan baku.
Jenis
– jenis anggaran bahan baku ada empat yaitu anggaran kebutuhan bahan baku, anggaran pembelian bahan baku, anggaran persediaan bahan baku dan anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan dalam produksi.
DAFTAR PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=80022 , diakses
pada tanggal 11 september 2013
Munandar,M. 1995. Budgeting. Yogyakarta : BPFE ±
UGM.
Rudianto. 2009. Penganggaran. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Shim, Jae K., Joel, G Siegel. 2000. Budgeting.
Jakarta : Erlangga.
Welch, G.A. 1993. Penyusunan Anggaran
Perusahaan. Jakarta : Bumi.