MERINTIS USAHA BARU DAN MODEL PENGEMBANGANNYA
Tujuan Pembelajaran
1.1
Siswa dapat mengetahui definisi dari bisnis
1.2 Siswa dapat mengetahui hal yang
harus diperhatikan dalam membangun sebuah usaha baru
1.1 Definisi Bisnis
Pengertian
lain dari bisnis menurut Hugnes dan Kapoor, adalah suatu kegiatan usaha
individu yang diorganisasi untuk menghasilkan atau menjual barang dan jasa guna
mendapatkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan masyarakat .Menurut hasil survey
yang dilakukan oleh Peggy Lambing (2000:90), 43% responden (wirausaha) memulai
usaha atau mendapatkan ide untuk berbisnis dari pengalaman yang diperoleh
ketika bekerja di beberapa perusahaan, 11% responden memulai usaha untuk
memenuhi peluang pasar, sedangkan 46% memulai usaha dikarenakan hobi.
1.2 Hal yang harus diperhatikan dalam membangun sebuah usaha (bisnis) baru
Di antaranya adalah :
·
Jenis produk (barang) yang dibutuhkan dalam pasar,
·
konsumen terhadap produk (barang) yang diinginkan,
·
Daya beli konsumen dalam pasar tertentu, dan
·
usaha sejenis dalam pasar tersebut.
Dalam memasuki dunia bisnis, seseorang dituntut untuk tidak
hanya memiliki kemampuan tetapi juga ide dan kemauan. Ide dan kemauan itulah
yang akan diwujudkan dalam bentuk penciptaan/pembuatan barang dan jasa yang
laku di pasar.
Langkah-langkah dalam memulai usaha:
·
Mengenali Peluang Usaha
Seseorang dalam menangkap peluang, antara lain juga bisa
dipengaruhi oleh pengetahuan atau informasi yang dimilikinya. Menurut Shane
dikemukakan bahwa akses terhadap informasi dipengaruhi oleh pengalaman hidup
dan hubungan sosial.
·
Optimalisasi Potensi Diri
Untuk
memulai usaha perlu dilakukan self evaluation atau self assesment,
yaitu penilaian atas kemampuan diri sendiri. Caranya ialah dengan menanyakan
pada diri sendiri, misalnya: “Sesungguhya saya ini bisa apa ya?”.Dan untuk
menunjang keberhasilan seorang wirausaha perlu mengoptimalkan motivasi diri.
·
Fokus dalam Bidang Usaha
Fokus berarti memusatkan perhatian
pada suatu usaha tertentu yang sudah ditekuninya, yaitu fokus pada produk
dan fokus pada biaya rendahnya (efisien dalam pebiayaan).
Fokus, berarti pula ia menekuni
bidang usahanya sampai ia dikenal oleh pelanggan sebagai satu-satunya yang
terbaik di bidang itu. Fokus, juga bisa dimaknai bahwa memulai berwirausaha
berawal dari hal-hal yang kecil dan terfokus berdasarkan sumberdaya yang
dimilikinya.
·
Berani Memulai
Untuk memulai berusaha harus ada:
a. Peluang
b. Potensi diri
c. Motivasi yang tinggi
d. Keberanian memulai
1.3 Proses memulai bisnis
Apapun jenis dan bentuk bisnis yang
akan kita jalani, pastinya mempunyai proses. Proses-proses tersebut adalah;
·
Ide
Penemuan tidak sengaja dan pencarian
ide dengan dasar pertimbangan.
Banyak kalangan mencari ide baru dengan melakukan beberapa usaha. Usaha ini dapat dilakukan dengan cara magang pada usaha lain atau dengan cara membaca beberapa tabloid atau majalah untuk dapat mengembangkan pikiran secara serius mengenai ide membuka sebuah usaha baru. Majalah atau tabloid dapat dijadikan sebagai pendukung untuk mencari sumber pertimbangan ide baru.
Banyak kalangan mencari ide baru dengan melakukan beberapa usaha. Usaha ini dapat dilakukan dengan cara magang pada usaha lain atau dengan cara membaca beberapa tabloid atau majalah untuk dapat mengembangkan pikiran secara serius mengenai ide membuka sebuah usaha baru. Majalah atau tabloid dapat dijadikan sebagai pendukung untuk mencari sumber pertimbangan ide baru.
·
Modal
Dalam hal ini, modal yang dimaksud
bukan saja modal berupa uang, tetapi juga berupa barang, orang (tenaga
kerja/skill), dan juga fasilitas. Modal berupa uang atau sumber dana tersebut
dapat diperoleh dari kekayaan sendiri, dari badan-badan keuangan (seperti;
bank, pegadaian, koperasi), dan juga dari orang-orang yang bersedia menjadi
penyandang dana (investor/penanam modal).
·
Barang dan jasa
Menentukan
barang dan jasa yang akan dijadikan sebagai objek bisnis tentunya harus
memiliki pasar (dibutuhkan konsumen dan laku di pasaran).
·
Pasar
Mengamati peluang pasar sebelum
menciptakan barang dan jasa (barang dan jasa apa yang sedang banyak diminati
oleh konsumen).
·
Profit
Bila peluang pasar sudah tersedia,
maka tinggal memproduksi barang dan jasa yang telah ditentukan sebagai objek
bisnis, memasarkannya dan segera mendapatkan keuntungan dari penjualan barang
dan jasa yang ditawarkan.
1.4 Hal-hal yang diperhatikan dalam merintis usaha baru
Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam merintis usaha baru, adalah
v Bidang dan Jenis Usaha Yang Akan Dimasuki,
Adanya
pengenalan jenis usaha, diharapkan dapat memperoleh gambaran secra sederhana
sehingga menjamin proses pencapaian tujuan dan sasaran usaha yang telah
direncanakan. Secara umum, bidang dan jenis usahanya adalah;
·
Bidang agraris, yaitu kegiatan usaha yang meliputi: pertanian,
perikanan, perkebunan.
·
Bidang ekstraktif, yaitu kegiatan usaha yang bergerak dalam
bidang pengumpulan hasil alam, seperti pertambangan, penggalian bahan baku
dalam bumi dan pengambilan hasil alam
·
Bidang industri, yaitu kegiatan usaha yang bergerak dalam
bidang pengolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi dan barang jadi,
seperti industri makanan, industri kayu dan industri tekstil
v Bentuk Usaha dan kepemilikan yang
akan di pilih perusahaan perseorangan (PO)
Bentuk usaha ini paling sederhana dan mudah mengorganisasikannya karena pemiliknya hanya satu orang dan langsung dikelola sendiri. Usaha persekutuan didirikan minimal dua orang secara bersama membangun sebuah usaha dengan menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan, dengan mengumpulkan sejumlah kekayaan. Kekayaan yang dikumpulkan itu dapt berupa dana, tenaga, keahlian dan sarana lain yang dapat menunjang jalannya usaha. Keangotaan persekutuan terdiri dari dua kelompok, yaitu anggota pasif persekutuan dan anggota aktif persekutuan.
Bentuk usaha ini paling sederhana dan mudah mengorganisasikannya karena pemiliknya hanya satu orang dan langsung dikelola sendiri. Usaha persekutuan didirikan minimal dua orang secara bersama membangun sebuah usaha dengan menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan, dengan mengumpulkan sejumlah kekayaan. Kekayaan yang dikumpulkan itu dapt berupa dana, tenaga, keahlian dan sarana lain yang dapat menunjang jalannya usaha. Keangotaan persekutuan terdiri dari dua kelompok, yaitu anggota pasif persekutuan dan anggota aktif persekutuan.
Anggota pasif persekutuan,
kedudukannya dalam usaha ini adalah sebagai peserta yang hanya menyetorkan
modal saja.
v Tempat Usaha yang Akan Dipilih,
Para pengelola usaha sangat
berkepentingan dalam mencari tempat usaha yang strategis. Perusahaan yang akan
didirikan sudah barang tentu di tempat yang sangat potensial (strategis).
Tempat usaha harus berdekatan dengan tempat konsumen, agar dapat menjamin
penyerahan
Barang yang mudah dan cepat .Tempat usaha yang strategis
adalah tempat atau letak perusahaan melakukan aktivitas berikut pemasarannya,
serta penjualan barang dagangan yang dapat memberikan keuntungan besar. Selain
itu, tempat usaha yang strategis juga memiliki berbagai fasilitas, seperti;
tempat parkir yang luas, transportasi yang mudah dijangkau dan lancar.
4. Organisasi Usaha yang Akan Dipilih,
Menurut George R. Terry, organisasi adalah mengalokasikan seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan antara kelompok kerja dan menetapkan wewenang serta tanggungjawab masing-masing individu yang bertanggungjawab untuk setiap komponen
4. Organisasi Usaha yang Akan Dipilih,
Menurut George R. Terry, organisasi adalah mengalokasikan seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan antara kelompok kerja dan menetapkan wewenang serta tanggungjawab masing-masing individu yang bertanggungjawab untuk setiap komponen
1.5 Profil Usaha
Kecil dan Pengembangannya
·
Tahap Studi Kelayakan
Studi kelayakan usaha secara umum dapat dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut :
v
Tahap Penemuan ide. Pada tahap ini wirausaha memiliki
ide untuk merintis usaha barunya. Ide tersebut kemudian dirumuskan dan
diidentifikasi. Misalnya peluang bisnis apa saja yang paling memberikan
keuntungan, yaitu: bisnis industri, perakitan, perdagangan, usaha jasa, atau
jenis usaha lainnya yang dianggap paling layak
v
Memformulasikan Tujuan. Tahap ini adalah tahap perumusan
visi dan misi bisnis. Apa visi dan misi bisnis yang hendak diemban setelah
jenis bisnis tersebut diidentifikasi? Apakah misinya untuk menciptakan barang
dan jasa yang sangat diperlukan masyarakat sepanjang waktu ataukah untuk
menciptakan keuntungan yang langgeng?
v
Tahap Analisis. Proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu
keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Tahapan ini
dilakukan seperti prosedur proses penelitian ilmiah lainnya, yaitu dimulai
dengan mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menarik kesimpulan.
Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya dua, yaitu dilaksanakan (go) atau
tidak dilaksanakan (no go).
v Tahap Keputusan. Langkah berikutnya adalah tahap
mengambil keputusan apakah bisnis layak dilaksanakan atau tidak. Karena
menyangkut keperluan investasi yang mengandung risiko, maka keputusan bisnis
biasanya berdasarkan beberapa kriteria investasi, seperti Pay Back Pe¬riod
(PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return, dan sebagainya
Setelah ide untuk memulai usaha
muncul, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan
Perencanaan
usaha
adalah suatu cetak biru tertulis (blue-print) yang berisikan tentang misi
usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha,
peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan
pengelolanya. Perencanaan usaha sebagai persiapan awal memiliki dua fungsi
penting, yaitu :
·
Sebagai pedoman mencapai keberhasilan manajemen usaha
·
Sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang
bersumber dan luar.
·
Kekuatan dan kelemahan Usaha Kecil
Bebenapa kekuatan usaha kecil antara
lain:
v Memiliki kebebasan untuk bertindak.
Bila ada perubahan, misalnya perubahan produk baru, teknologi baru, dan
perubahan mesin baru, usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk
menyesuaikan dengan keadaan yang berubah tersebut. Sedangkan, pada perusahaan besar,
tindakan cepat tersebut susah dilakukan.
v Fleksibel. Perusahaan kecil sangat
luwes, ia dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga
kerja dan pemasaran produk usaha kecil pada umumnya menggunakan sumber-sumber
setempat yang bersifat lokal. Beberapa perusahaan kecil di antaranya
menggunakan bahan baku dan tenaga kerja bukan lokal yaitu menda-tangkan dari
daerah lain atau impor.
v Tidak mudah goncang. Karena bahan
baku dan sumber daya lainnya kebanyakan lokal, maka perusahaan kecil tidak
rentan terhadap fluktuasi bahan baku impor. Bahkan bila bahan baku impor sangat
mahal sebagai akibat tingginya nilai mata uang asing, maka kenaikan mata uang
asing tersebut dapat dijadikan peluang dengan memproduksi barang-barang untuk
keperluan ekspor.
Kelemahan perusahaan kecil ada dua aspek, yaitu :
v Aspek
kelemahan struktural. Kelemahan dalam struktur perusahaan misalnya kelemahan dalam
bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam pengendalian mutu, kelemahan
dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga
kerja masih lokal, dan terbatasnya akses pasar. Kelemahan faktor struktural
yang satu saling terkait dengan faktor yang lain kemudian membentuk lingkaran
ketergantungan yang tidak berujung pangkal dan membuat usaha kecil terdominasi
dan rentan.
Secara struktural, salah satu
kelemahan usaha kecil yang paling menonjol adalah kurangnya permodalan.
Akibatnya terjadi ketergantungan pada kekuatan pemilik modal. Karena pemilik
modal juga lebih menguasai sumber-sumber bahan baku dan dapat mengusahakan
bahan baku, maka pengusaha kecil memiliki ketergan-tungan pada pemilik modal
yang sekaligus penguasa bahan baku. Akibat dan ketergantungan tersebut,
otomatis harga jual produk yang dihasilkan usaha kecil secara tidak langsung ditentukan
oleh penguasa pasar dan pemilik modal, maka terjadilah pasar monopsoni.
Dengan kondisi ini, maka batas
keuntungan pengusaha kecil ditentukan oleh batas harga jual produk dan batas
harga beli bahan baku. Terjadilah repatriasi keuntungan yang mengakibatkan
permodalan usaha kecil jumlahnya tetap kecil. Kondisi tersebut mengakibatkan
ketengantungan pengusaha kecil yang menjadi buruh pada perusahaan sendiri
dengan upah yang ditentukan oleh batas keuntungan dari pemilik modal sekaligus
penguasa pasar dan penguasa sumber-sumber bahan baku.
v Aspek
kelemahan Kultural. Kelemahan
kultural mengakibatkan kelemahan struktural. Kelemahan kultural mengakibatkan
kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna
memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku, seperti:
·
Informasi peluang dan cara memasarkan produk.
·
Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, dan
mudah didapat.
·
Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha
besar dalam menjalin hubungan kemitraan.
·
Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik
desain, kualitas, maupun kemasannya.
·
Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan
persyaratan yang terjangkau.
·
Pengembangan Usaha Kecil
Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemu-kakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuan internal. Untuk menghadapi kondisi jangka panjang dan dinamis, perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan sumber daya internal secara superior (internal resource-based strategy) untuk menciptakan kompetensi inti (core competency).
Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemu-kakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuan internal. Untuk menghadapi kondisi jangka panjang dan dinamis, perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan sumber daya internal secara superior (internal resource-based strategy) untuk menciptakan kompetensi inti (core competency).
Dalam menghadapi
krisis ekonomi nasional seperti sekarang ini, baik teori dynamic strategy
maupun teori resource-based strategy sangat relevan bila khusus diterapkan
dalam pemberdayaan usaha kecil. Menurut teori resources-based strategy, agar
perusahaan meraih keuntungan secara terus-menerus, maka perusahaan harus
mengutamakan kapabilitas internal yang supe¬rior, yang tidak transparan, sukar
ditiru atau dialihkan oleh pesaing dan memberi daya saing jangka panjang
(futuristik) yang kuat dan melebihi tuntutan masa kini di pasar dan dalam
situasi eksternal yang bergejolak.
Agar perusahaan
kecil berhasil take-off, maka harus ada usaha khusus yang diarahkan untuk
survival, consolidation, control, planning, dan expectation. Dalam tahapan ini
diperlukan penguasaan manajemen, yaitu mengubah pemilik sebagai pengusaha
(owners as businessman) yang merekrut tenaga dan diberi wewenang secara jelas.
Perubahan yang dilakukan, yaitu : bidang pemasaran harus mengubah getting customer
menjadi improve competitive situation, bidang keuangan tahap cash flow berubah
menjadi tahap tighten financial control, improve margin, and control cost, dan
bidang pendanaan usaha kecil harus sudah ventura capital (Yuyun
Wirasasmita,1993: 2).
Menurut teori the
design school, perusahaan harus mendesain strategi perusahaan yang ‘fit” antara
peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang memadai yang
didukung dengan menumbuhkan kapabilitas inti (core competency) yang merupakan kompetensi
khusus (distinctive competency) dan pengelohaan sumber daya perusahaan. Dalam
konteks persaingan bebas yang semakin dinamis seperti sekarang, perusahaan
harus menekankan pada strategi pengembangan kompetensi inti (building core
competency), yaitu pengetahuan dan keunikan untuk menciptakan keunggulan.
Keunggulan tersebut dapat diciptakan melalui “The New 7-S’ strategy (The New
7-S’s)”, yaitu :
1. Superior stakeholder satisfaction,
yaitu mengutamakan kepuasan stakeholder.
2. Strategic sooth saying, yaitu
merancang strategi yang membuat kejutan atau yang mencengangkan.
3. Position for speed, yaitu posisi
untuk mengutamakan kecepatan.
4. Position for surprise, yaitu posisi
untuk membuat kejutan.
5. Shifting the role of the game, yaitu
strategi untuk mengadakan perubahan/pergeseran peran yang dimainkan.
6. Signaling strategic intent, yaitu
mengindikasikan tujuan dan strategi.
7. Simultanous and sequential strategic
thrusts, yaitu membuat rangkaian penggerak/pendorong strategi secara simultan
dan berurutan.
Berdasarkan pandangan para ahli di atas, jelaslah bahwa
kelangsungan hidup perusahaan baik kecil maupun besar pada umumnya sangat
tergantung pada strategi manajemen perusahaan dalam memberdayakan sumber daya
internalnya.
Contoh Merintis usaha baru :
Kesimpulan
Ada tiga cara sebelum memasuki dunia usaha, yang pertama yaitu, merintis usaha baru,
membeli perusahaan dari orang lain, dan bekerjasama dengan manajemen. Ada bebarapa unsur yang harus diperhatikan dalam merintis perusahaan baru, diantaranya, adalah;
1. bidang dan jenis usaha,
2. bentuk usaha dan kepemilikan perusahaan,
3. tempat usaha,
4. organisasi usaha,
5. jaminan usaha, dan
6. lingkungan usaha.
2. bentuk usaha dan kepemilikan perusahaan,
3. tempat usaha,
4. organisasi usaha,
5. jaminan usaha, dan
6. lingkungan usaha.
Bagaimana cara dan apapun bidang/jenis usaha yang akan kita
masuki pastilah memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk itu kita harus dapat
menentukan bidang dan jenis usaha apa yang akan kita mulai, apakah kita
mempunyai keahlian di bidang usaha yang akan kita masuki tersebut, agar tidak
mengalami kejadian yang fatal dikemudian hari, yaitu usaha yang kita dirikan
hancur atau berhenti begitu saja karena kita tidak memiliki kompetensi di
bidang usaha yang kita mulai.
Sumber : http://happyberseri.blogspot.co.id/2014/04/makalah-kewiraswastaan-merintis-usaha.html