Cari Blog Ini

Kamis, 19 Oktober 2017

Manajemen Berbasis Aktivitas


Tujuan Pembelajaran
1.      Untuk mengetahui pengertian anggaran berbasis aktivitas.
2.      Untuk mengetahui analisis pernghargapokokan produk dan analisis nilai       proses dalam manajemen berbasis aktivitas.
3.      Untuk mengetahui pengertian anggaran berbasis aktivitas.
4.      Untuk mengetahui perbedaan manajemen berbasis aktivitas dengan anggaran berbasis aktivitas.
5.      Untuk mengetahui penyusunan anggaran berbasi aktivitas.

2.1. Pengertian Manajemen Berbasis Aktivitas
Manajemen berbasis aktivitas (activity based management) adalah suatu disiplin yang memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas  atau agar dilakukan perbaikan yang berkesinambungan,baik pada nilai yang diterima oleh pelanggan maupun laba yang diperoleh dengan memberikan nilai tersebut (Nafarin,2013).
Pengertian lain mengenai manajemen berbasis aktivitas adalah pendekatan pengelolaan terpadu dan bersistem terhadap aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan costumer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value tersebut. Dari definisi ini terdapat dua frasa penting,yaitu:
Berfokus ke pengolaan secara terpadu dan bersistem terhadap aktivitas,yaitu serangkaian kegoatan yang membentuk suatu proses untuk pembuatan produk dan penyerahan jasa. Di dalam manajemen tradisional,proses pembuatan produk dan penyerahan jasa dipecah ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil,karena diyakini bahwa jika pengerjaan bagian-bagian yang lebih kecil dilaksanakan secara berkualitas dan efisien,proses pembuatan produk dan penyerahan jasa secara keseluruhan akan berkualitas dan efisien. Oleh karena itu manajemen berbasis aktivitas berusaha memadukan kembali proses pembuatan produk dan penyerahan jasa yang telah difragmentasi dalam manajemen tradisional tersebut,dengan memfokuskan ke pengolan secara terpadu dan berbasis sistem terhadap aktivitas pembuatan produk dan penyerahan jasa.
Bertujuan untuk meningkatkan costumer value dan laba. Tujuan manajemen berbasis  aktivitas adalah untuk improvement secara berkelanjutan terhadap costumer value dan penghilangan pemborosan. Dengan hilangnya pemborosan tersebut,biaya dapat berkurang  dan sebagai akibatnya laba akan meningkat. Pengurangan biaya merupakan akibat dari dihilangkannya pemborosan. Pemborosan akibatnya oleh adanya aktivitas bukan penambah nilai (non value added activity) dan aktivitas penambah nilai (value added activity) yang tidak dilaksanakan secara efisien. Dengan demikian fokus manjemen berbasis aktivitas adalah penyebab terjadi biaya itu sendiri.
Manajemen berbasis aktivitas mencakup analisis nilai proses (process value analysis) dan penentuan biaya proses. Analisis nilai proses adalah evaluasi terhadap nilai yang dapat dihasilkan nilai bagi costumer. Suatu proses terdiri dari serangkaian aktivitas untuk menghasilkan nilai bagi customer. Rangkaian aktivitas untuk menghasilkan nilai bagi customer dapat dibagi menjadi dua golongan,yaitu:Aktivitas-penambah nilai dan aktivitas-bukan-penambah nilai. Penentuan biaya proses adalah perhitungan nilai sumber daya yang dikorbankan untuk menjalankan suatu proses penciptaan nilai bagi customer.
Dengan demikian manajemen aktivitas memiliki dua dimensi, yaitu : analisis terhdap nilai yang dihasilkan oleh proses (process value analysis) dan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan nilai tersebut (activity-based costing).
Atribut yang melekat pada produk tidak secara otomatis menghasilkan value bagi customer. Melalui proses pemakaian, atribut produk menghasilkan value bagi customer, jika atribut tersebut mampu memenuhi kebutuhan costumer.
a.       Analisis Penghargapokokan Produk
Metode penghargapokokan berbasis aktivitas (activity based costing) adalah metode untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya,membebankan biaya aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya,dan membebankan biaya pada objek biaya (seperti produk dan pelanggan) berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas,serta mengenali hubungan sebab akibat (kausal) antara pemacu biaya dan aktivitas.
Ada tiga hal yang memungkinkan metode penghargapokokan berbasis aktivitas digunakan:
1)      Biaya berbasis non-unit merupakan persentase signifikan dari biaya overhead pabrik.
2)      Berbagai produk menggunakan semua aktivitas dengan rasio konsumsi yang berbeda.
3)      Perusahaan produknya heterogen (spesifikasi produk beda) atau diversifikasi produk tinggi.

Analisis penghargapokokan produk merupakan sisi pembebanan biaya atau dimensi biaya yang memberikan informasi biaya mengenai sumber daya,penghargapokokan target,aktivitas,dan objek biaya. Biaya sumber daya dapat ditelusuri ke aktivitas dibebankan ke objek biaya.
·         Sumber daya (resources) adalah unsur ekonomi yang dikonsumsi dalam rangka menjalankan aktivitas. Sumber daya digolongkan menjadi dua kelompok yaitu sumber daya pekerja (employee resource) dan sumber daya beban (expense resource). Pemacu sumber daya adalah sesuatu yang menjadi penyebab timbulnya konsumsi sumber daya oleh aktivitas. Pemacu sumber daya merupakan faktor mengukur permintaan sumber daya yang akan ditempatkan oleh aktivitas yang digunakan untuk membebankan dari biaya sumber daya ke aktivitas.
·        
Harga Jual = Harga Pokok + Laba Memadai Diinginkan
Penghargapokokan target (target costing) adalah suatu metode penghargapokokan roduk yang didasarkan pada harga target. Dalam manajemen tradisional,produsen menentukan harga jual produknya dengan rumus:

Harga Target = Harga Pokok Target + Laba Memadai Diinginkan
Sedangkan penganggaran berbasis aktivitas untuk menentukan harga jual perlu menerapkan penghargapokokan target dengan rumus sebagai berikut:

·         Aktivitas (activity) adalah keseluruhan tindakan dalam organisasi yang mengonsumsi sumber daya (tenaga kerja,peralatan,dan lain-lain) yang berguna bagi manajer untuk tujuan perencanaan,pengendalian,dan pengambilan keputusan demi memenuhi kebutuhan pelanggan.
·         Objek biaya (cost object) adalah tujuan dikeluarkannya suatu biaya yang diukur dan dibebankan ke setiap pos,seperti proyek,produk,pelanggan,pelayanan unit organisasi (misalnya bagian pabrik dan bagian penjualan) serta aktivitas lainnya.

b.      Analisis Nilai Proses
Analisis nilai adalah inti dari manajemen  berbasis aktivitas dan merupakan dasar untuk perbaikan berkelanjutan. Dimensi biaya berfungsi sebagai masukan penting bagi dimensi pengendalian yang disebut dimensi proses. Analisis nilai proses (process value analysis) merupakan dimensi proses atau sisi proses yang memusatkan pada analilis pemicu biaya,analisis aktivitas dan analisis kinerja.
·         Analisis pemicu biaya (cost driver analysis) adalah usaha yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang merupakan akar penyebab utama biaya aktivitas.
·         Analisis aktivitas (activity analysis) adalah proses identifikasi,penjabaran,dan evaluasi aktivitas yang dilakukan oleh organisasi. Menurut manfaatnya bagi pelanggan,aktivitas divagi dua kelompok yaitu: aktivitas nilai tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah.
·         Analisis kinerja. Menilai seberapa baik aktivitas (kinerja) dilakukan merupakan hal mendasar bagi usaha manajemen dalam menungkatkan profatibilatas. Seberapa baik suatu kinerja memerlukan ukuran kinerja. Ukuran kinerja adalah kriteria penilaian untuk menentukan efisiensi,efektivitas,dan manfaat. Ukuran kinerja dapat dalam bentuk keuangan dan nonkeuangan (seperti efisiensi daur manufaktur).
EDM = Waktu pemprosesan + Waktu daur hidup
atau 

EDM = Waktu daur ideal
            Waktu daur aktual
Process-Value Analysis untuk Memahami Aktivitas
Process value analysis merupakan pendekatan untuk memahami aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer. Process-value analysis berkaitan dengan :
1. Analisis pemacu (driver analysis)
2. Analisis aktivitas
3. Pengelolaan aktivitas
4. Pengukuran kinerja
Tujuan analisis ini adalah mencari cara untuk memaksimumkan kinerja system yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan customers.

Pemanfaatan Informasi tentang Pemacu (Driver)
Pemacu adalah penyebab timbulnya konsumsi sesuatu. Ada dua macam pemacu biaya (cost driver), yaitu :
1. Resource driver, adalah factor yang menjadi penyebab konsumsi sumber daya oleh aktivitas.
2. Activity driver, adalah factor yang menjadi penyebab timbulnya konsumsi aktivitas oleh cost object.
Analisis pemacu adalah usaha untuk mencari factor penyebab timbulnya biaya suatu aktivitas. jika penyebab timbulnya biaya telah diketahui, dapat dicari tindakan untuk melakukan improvement terhadap aktivitas.

Pemanfaatan Informasi tentang Aktivitas
            Analisis aktivitas adalah proses pengidentifikasian, penggambaran, dan evaluasi aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi. Analisis aktivitas dilaksanakan dalam empat langkah :
1.      Aktivitas apa yang dikerjakan
2.      Berapa orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut
3.      Waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas tersebut
4.      Penaksiran value aktivitas tersebut bagi organisasi

Aktivitas-penambah nilai. Aktivitas-penambah nilai adalah aktivitas untuk mempertahankan perusahaan tetap bertahan dalam bisnisnya.
Aktivitas-bukan-penambah nilai. Aktivitas-bukan-penambah nilai merupakan aktivitas yang tidak diperlukan dalam menghasilkan value bagi konsumen.

Manajemen terhadap Aktivitas
            Setelah dilakukan pengidentifikasian berbagai aktivitas maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pengelolaan aktivitas itu sendiri.Untuk tujuan ini, perlu diketahui aktivitas bukan penambahan nilai yang perlu dikurang dan dihilangkan serta aktivitas-penambah nilai yang perlu dijadikan efisien dalam pelaksanaannya.
            Dalam kegiatan manufaktur terdapat 5 golongan aktivitas-bukan-penambah nilai :
a.       Pembuatan skedul
b.      Pemindahan
c.       Penantian
d.      Inspeksi
e.       Penyimpanan
Kelima golongan aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang sebenarnya tidak menambah nilai bagi customer, sehingga dalam jangka panjang harus dihilangkan dari proses pembuatan produk.
            Cara yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan aktivitas-bukan-penambah nilai dalam pengelolaan aktifitas adalah :
a.       Pemilihan aktivitas
b.      Pembagian aktivitas
c.       Pengurangan aktivitas
d.      Penghilangan aktivitas



2.2 Hubungan Antara Activity-Based Budgeting, Activity Based Management, Dan Activity-Based System
Bahwa activity-based budgeting, activity-based management, dan activity-based cost system merupakan system terpadu yang menjadikan activity-based management sebagai intinya. Ketiga system tersebut digunakan untuk menghasilkan value terbaik bagi customer melalui aktivitas yang cost effective. Activity-based budgeting digunakan sebagai alat perencanaan dan pemotivasian personel perusahaan dalam menghasilkan value terbaik bagi customer secara cost effective. Personel perusahaan merencanakan improvement terhadap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan value bagi customer. Melalui activity-based management, personel perusahaan merencanakan activity sharing dan activity selection terhadap aktivitas penembah nilai serta activity reduction dan activity elimination terhadap non-value added activities. Hasil penerapan activity-based management dalam proses penyusunan anggaran ini adalah cost reduction target yang akan diwujudkan dalam tahun anggaran.
Rencana yang dituangkan dalam activity-based budget kemudian diimplementasikan. Dalam implementasi anggaran ini, activity sharing dan activity selection terhadap aktivitas penambah nilai serta activity reduction dan activity elimination terhadap non-value-added activities yang direncanakan dalam activity-based budget kemudian direaliasikan oleh personel perusahaan.
Diperlukan system informasi yang dapat mengukur implementasi rencana dan memberikan umpan balik tentang hasil pengukuran tersebut. Activity-based cost system merupakan system informasi yang digunakan untuk mengukur implementasi activity-based budget akan mengkomunikasikan hasil pengukuran tersebut kepada personel yang bertanggung jawab. Activity-based management dipakai sebagai dasar untuk mendesain activity-based cost system yang merupakan system informasi yang diperlukan untuk memantau implementasi activity-based budget. Activity-based cost system didesain untuk mengukur hasil pencapaian cost reduction target yang direalisasikan melalui activity sharing dan activity selection terhadap aktivitas-penambah nilai serta activity reduction dan activity elimination terhadap non-value-added activities.



2.3 Ukuran Kinerja Keuangan
            Ukuran kinerja keuangan harus dapat memberikan informasi khusus tentang dampak moneter dari setiap dari usaha improvement terhadap aktivitas yang dilaksanakan oleh personel. Oleh Karena itu, ukuran keuangan harus mampu menunjukkan pengurangan biaya yang sesungguhnya dicapai maupun yang secara potensial dapat dicapai.

Laporan Biaya Aktivitas Penambah dan Bukan Penambah nilai
            Untuk memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan aktivitas, sistem informasi biaya harus memisahkan biaya penambah nilai dan biaya bukan penambah nilai. Pemisah biaya ini diperlukan agar manajemen:
1. Dapat memusatkan perhatian mereka terhadap pengurangan dan akhirnya penghilangan biaya bukan penambah nilai.
2. Menyadari besarnya pemborosan yang sekarang sedang terjadi.
3. Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas dengan menyajikan biaya bukan-penambah nilai kepada manajemen dalam bentuk perbandingan antar periode.

Benchmarking
            Benchmarking adalah penggunaan praktik terbaik sebagai standar untuk mengukur kinerja aktivitas. Praktik terbaik dapat berasal dari dalam perusahaan atau dari perusahaan lain dalam industry. Jika praktik tebaik berasal dari dalam perusahaan, aktivitas unit tertentu yang dipandang terbaik ditetapkan sebagai standar, dan aktivitas yang sama didalam unit-unit organisasi lain menjadikan standar tersebut sebagai acuan kinerja aktivitas.
            Secara ideal, benchmarking menggunakan standar pesaing atau pihar luar lain. Jika perusahaan dapat memperoleh praktik terbaik dari perusahaan lain, standar ini dapat dipakai untuk memotivasi improvement terhadap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan nilai bagi customer.
2.4. Pengertian Penganggaran Berbasis Aktivitas
            Penganggaran berbasis aktivitas (activity based budgetting) adalah proses mengembangkan suatu anggaran  dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari analisis pengharga pokokan berbasis aktivitas.
            Sedangkan pengertian lain penganggaran berbasis aktivitas adalah penyusunan anggaran biaya per aktivitas untuk memungkinkan manajer memprediksi biaya aktivitas yang akan terjadi dalam periode anggaran. Acttivity-based budgeting memungkinkan manajer merencanakan dan memantau improvement terhadap aktivitas secara lebih seksama.
            Penganggaran aktivitas dapat dinamakan penganggaran berbasis nol karena anggaran berbasis aktivitas mengembangkan anggaran dari tingkat paling bawah (produk dan pelanggan). Penganggaran berbasi aktivitasharus didasarkan pada muatan kerja (workload) mendatang agar dapat memenuhi:
·         Persyaratan pelanggan serta tujuan dan strategi organisasi/departemen.
·         Jasa dan bauran jasa yang baru atau yang diubah.
·         Perubahan dalam proses usaha.
·         Perbaikan dalam efisisiensi dan efektivitas
·         Mutu,fleksibilitas dan tujuan daur waktu.
·         Perubahan dalam tingkat layanan.
Muatan kerja (workload) adalah jumlah unit dari suatu aktivitas yang dibutuhkan. Sebagai contoh,muatan kerja pada bagian personalia untuk aktivitas merekrut karyawan adalah merekrut 30 karyawan. Biaya untuk melakukan aktivitas merekrut karyawan adalah gaji dan tunjangan dari perekrut,perjalanan,advertensi,biaya seleksi,biaya perlengkapan dan tempat perekrutan,serta biaya perekrutan lainnya. Bila perekrutan batal maka usaha muatan kerja untuk aktivitas dikatakan nihil.

Pengahargapokokan Tradisional dan Penghargapokokan Berbasis Aktivitas
            Beda metode penghargapokokan tradisional dengan metode penghargapokokan berbasi aktivitas adalah dapat diuraikan melalui tabel berikut:
No.
Aspek
Metode Penghargapokokan Tradisional
Metode Penghargapokokan Berbasis Aktivitas
Metode Penghargapokokan Penuh
Metode Penghargapokokan Variabel
1
Peruntukan utama
Akunting keuangan
Akunting manajemen
Akunting manajemen
2
Tujuan utama
Penilaian sediaan untuk kepentingan eksternal
Penilaian sediaan dan informasi biaya untuk kepentingan internal
Informasi biaya untuk kepentingan internal (manajemen)
3
Titik berat fase penghargapokokan (biaya) perunit
Fase produksi saja
Fase produksi dan non-produksi
Fase desain dan pengembangan fase produksi,fase dukungan logostik
4
Fokus
Departemen atau fungsi (tanggung jawab)
Sifat biaya dengan volume kegiatan produksi/jualan
Aktivitas
5
Pemacu biaya
Berdasarkan tingkat unit biaya variabel
Berdasarkan tingkat non-unit (biaya aktivitas gugus,tingkat produk,dan tingkat fasilitas) dan tingkat unit (biaya aktivitas tingkat unit)
6
Penggolongan biaya
Biaya pabrik
Biaya penjualan
Biaya administrasi dan umum
Biaya variabel
Biaya tetap
Biaya aktivitas tingkat unit
Biaya aktivitas tingkat gugus
Biaya aktivitas tingkat produk
Biaya aktivitas tingkat fasilitas
7
Pembebanan biaya
Sangat mengabaikan sebab akibat
Mengabaikan sebab akibat
Menekankan sebab akibat
8
laporan
Apa yang dikeluarkan?
menurut rekening: biaya tenaga kerja langsung Rp 100.000
Berapa yang dikeluarkan? Menurut volume kegiatan:biaya variabel 1000 unit @Rp 100 = Rp 100.000
Bagaimana sumber daya dikeluarkan? Menurut kegiatan:
Memotong Rp 30.000
Merakit  Rp 45.000
Mengepak Rp 25.000
Biaya kegiatan Rp 100.000
9
Anggaran
Anggaran tetap (anggaran induk)
Penganggaran berbasis fungsional
Anggaran variabel dan anggaran tetap (anggaran induk)
Penganggaran berbasis sifat
Anggaran variabel dan aggaran tetap (anggaran induk)
Penganggaran berbasis aktivitas


a.       Beda Penganggaran Tradisional Dengan Berbasis Aktivitas 
Beda penganggaran tradisional dengan berbasis aktivitas adalah :
Dalam penganggaran tradisional perusahaan memperlakukan aktivitas pemasok dan pelanggannya berdasarkan kondisi yang telah ditentukan dalam anggaran ( tidak secara formal mempertimbangkan pemasok dan pelanggan dalam penganggaran ). Pengangaran berbasis aktivitas melakukan koordinasi dengan pemasok dan mempertimbangkan kebutuhan pelanggan dalam proses penganggaran.
b.      Penganggaran tradisional berfokus pada meminimalkan selisih dan memaksimalkan tanggung jawab kinerja manajer. Pengaggaran berbasis aktivitas berfokus pada mengoordinasikan dan menyelaraskan aktivitas perusahaan secara keseluruhan untuk melayani pelanggan.
c.       Penganggaran tradisional (fungsional) bertujuan menjalankan bagian dari sistem yang ada dan menyediakan tolak ukur untuk pengendalian pelaksanaan pekerjaan fungsi. Penganggaran berbasis aktivitas bertujuan melakukan perbaikan terhadap sistem
( bukan hanya bagian dari sistem ) dan meraih peluang bisnis, bukan sekadar penyelesaian masalah bisnis yang dihadapi.
d.      Penganggaran tradisional bertujuan melalui alokasi sumbr daya berdasarkan ramalan jualan (sales forecast) untuk memenuhi keperluan fungsi. Penganggaran berbasis aktivitas berfokus pada pengerahan dan pengarahan seluruh aktivitas ke penciptaan nilai untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.

2.5. Ukuran Kinerja Keuangan
            Ukuran kinerja keuangan dalam manajemen berbasis aktivitas untuk efisiensi aktivitas mencakup anggaran variabel aktivitas, nggaran daur hidup produk, dan nilai tambah ekonomi (NTE). Berikut ini dijelaskan mengenai penganggaran variabel aktivitas dan penganggaran daur hidup produk.
a.       Penganggaran Variabel Aktivitas
Penganggaran variabel aktivitas (activity variable budgetting) memungkinkan dilakukannya prediksi biaya aktivitas yang akan terjadi dengan berubahnya penggunaan aktivitas. Pada penghargapokokan variabel,biaya yang dianggarkan untuk tingkat aktivitas didapat dengan mengasumsikan bahwa semua biaya disebabkan oleh satu pemacu berdasarkan unit,namun bila biaya bervariasi lebih dari satu pemacu dan pemacu tersebut tidak memiliki korelasi yang besar dengan unit (misalnya jam tenaga kerja langsung) maka prediksi biaya aktivitas dapat menyesatkan.

Contoh :
Suatu perusahaan manufaktur mempunyai data:
a.       Biaya variabel per satua merupakan biaya aktivitas tingkat unit sebesar Rp 3.350 yang terdiri atas: biaya bahan baku Rp 1.000,biaya tenaga kerja langsung Rp 1.100,biaya overhead pabrik variabel Rp 1.380,biaya penjualan variabel Rp 30,biaya administrasi dan umum variabel Rp 20.
b.      Harga jual per satuan (unit) Rp 5.530.
Biaya aktivitas tingkat gugus 20 kali persiapan @ Rp 25.000
=Rp 500.000
Biaya aktivitas tingkat produk 10.000 satuan Rp 50
=Rp 500.000
Biaya aktivitas tingkat fasilitas
=Rp 1.350.000
Biaya tidak berkaitan dengan unit
=Rp 2.350.000
c.       Biaya tetap setahun Rp 2.350.000 yang merupakan biaya tidak berkaitan dengan unit,terdiri atas
Pertanyaan:
1.      Pada tingkat jualan berapakan titik impas (break even poin)
2.      Pada tingkat jualan berapakah agar perusahaan memperoleh laba Rp 1.650.000 ?
Jawaban:
Metode penghargapokokan variabel
1.      Q = Volume jualan =                           Biaya tetap + Laba
       Harga jual per satuan – Biaya variabel per satuan

                                   Q =         Rp 2.350.000          = 1.175 satuan
                                       Rp 5.530 – Rp 3.530

Bukti perhitungan laba rugi sebgai berikut:
Jualan
1.175
Satuan
x
Rp
5.530
=
Rp
6.497.750
Biaya variabel
1.175
Satuan
x
Rp
3.530
=
Rp
4.147.750
Biaya tetap
=
Rp
2.350.000
Jumlah biaya
=
Rp
6.497.750 -
Laba
=
Rp
0
Perusahaan berada dalam keadaan impas (laba=0) bila setahunnya menjual 1.175 satuan.
2.      Q = Rp 2.350.000 + Rp 1.650.000  = 2.000 satuan
       Rp 5.530 – Rp 3.530

Bukti perhitungan laba rugi sebagai berikut:
Jualan
2.000
Satuan
x
Rp
5.530
=
Rp
11.060.000
Biaya variabel
2.000
Satuan
x
Rp
3.530
=
Rp
7.060.000
Biaya tetap
=
Rp
2.350.000
Jumlah biaya
=
Rp
9.410.000  -
Laba
=
Rp
1.650.000
Perusahaan memperoleh laba Rp 1.650.000 bila mampu menjual setahun 2.000 satuan
Metode penghagapokokan berbasis aktivitas
1.      Q = a + b2 x2 + b3 x3 + p
      c – b1
A
=
Biaya aktivitas tingkat fasilitas
b1
=
Biaya variabel per satuan aktivitas tingkat unit (satuan)
b2
=
Biaya variabel per satuan tingkat gugus
b3
=
Biaya variabel per satuan tingkat produk
x1
=
Aktivitas tingkat unit
x2
=
Aktivitas tingkat gugus
x3
=
Aktivitas tingkat produk
C
=
Harga jual per satuan
P
=
Laba direncanakan
Q
=
Volume jualan

Q = Rp 1.350.000 + (20 x Rp 25.000) + (10.000 x Rp 50)  = 1.175 satuan
                                               Rp 5.530 – Rp 3.530

Bukti perhitungan laba rugi sebagai berikut:
1
Jualan
1.175
x
Rp
5.530
=
Rp

6.497.750
2
Biaya aktivitas tingkat unit
1.175
x
Rp
3.530
=
Rp
4.147.750

3
Biaya aktivitas tingkat gugus
20
x
Rp
25.000
=
Rp
500.000

4
Biaya aktivitas tingkat produk
10.000
x
Rp
50
=
Rp
500.000

5
Biaya aktivitas tingkat fasilitas
Rp
1.350.000

6
Jumlah biaya
Rp

6.497.750 - 
7
Laba
Rp

0

Perusahaan berada dalam keadaan keadaan impas bila menjual 1.175 satuan dalam setahun.

2.      Q = Rp 1.350.000 + (20 x Rp 25.000) + (10.000 x Rp 50) + Rp 1.650.000
                                               Rp 5.530 – Rp 3.530
              = 2.000 satuan

Bukti perhitungan laba rugi sebagai berikut:
1
Jualan
2.000
x
Rp
5.530
=
Rp
11.060.000
2
Biaya aktivitas tingkat unit
2.000
x
Rp
3.530
=
Rp
7.060.000
3
Biaya aktivitas tingkat gugus
20
x
Rp
25.000
=
Rp
500.000
4
Biaya aktivitas tingkat produk
10.000
x
Rp
50
=
Rp
500.000
5
Biaya aktivitas tingkat fasilitas
Rp
1.350.000
6
Jumlah biaya
Rp
9.410.000 - 
7
Laba
Rp
1.650.000

Perusahaan memperoleh laba Rp. 1.650.000 bila mampu menjual setahun 2.000 satuan.

b.      Penganggaran daur hidup produk
Daur hidup produk (product life cyle) adalah waktu keberadaan produk,dari konsep hingga menjadi produk. Biaya daur hidup produk (product life cycle cost) adalah semua biaya yang berkaitan dengan produk selama umur hidupnya. Biaya tersebut terdiri atas tiga unsur,yaitu:
1)      Biaya tidak berulang,seperti biaya pengujian,biaya desai dan pengembangan.
2)      Biaya pabrik seperti biaya bahan baku,biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
3)      Biaya dukungan logistik seperti periklanan
Contoh:
PT. Pabrik sepatu yang membuat dan memasarkan satu jenis sepatu. Produk sepatu tersebut telah dikembangkan pada kuartal terakhir tahun 2011. Diperkirakan produk sepatu tersebut akan memiliki daur hidup 2 tahun. Anggaran biaya dan harga per unit sebagai berikut: biaya produk per pasang Rp 6,biaya daur hidup per pasang Rp 10,biaya keseluruhan hidup per pasang Rp 12,harga jual targer per unit Rp 15,biaya pengembang tahun 2011 dianggarkan Rp 1.800. jumlah unit yang diproduksi tahun 2012 sebanyak 500 pasang,dan tahun 2013 400 pasang.
Dapatan penjualan:
Tahun
2012
=
500
pasang
x
Rp
15
=
Rp
7.500
Tahun
2013
=
400
pasang
x
Rp
15
=
Rp
6.000 -
Jumlah
=
Rp
13.500

Biaya dianggarkan selama daur hidup:
Biaya daur hidup tahun:
2012
=
500
pasang
x
Rp
10
=
Rp
5.000
2013
=
400 +
pasang
x
Rp
10
=
Rp
4.000 -
900
pasang
x
Rp
10
=
9.000

Biaya purnajual tahun:
2012
=
500
pasang
x
Rp
2
=
Rp
1.000
2013
=
400 +
pasang
x
Rp
2
=
Rp
   800 -
900
pasang
x
Rp
12 – Rp 10
=
1.800 +


2012
=
500
pasag
x
Rp
12
=
Rp
6.000
2013
=
400 +
Pasang
x
Rp
12
=
Rp
4.800 -
900
Pasang
x
Rp
12
=
10.800

2012
=
500
Pasang
x
Rp
6
=
Rp
3.000
2013
=
400 +
Pasang
x
Rp
6
=
Rp
2.400 -
900
Pasang
x
Rp
6
=
Rp
5.400
=
Rp
1.800 +
Biaya pengembangan
=
Rp
7.200

Biaya daur hidup

900

pasang

x

Rp

10

=

Rp

9.000 -

Biaya dukungan logistik
Rp
1.800


Biaya dukungan logistik ditaksir tahun:
2012
(500 pasang ÷ 900 pasang )
x
Rp
1.800
=
Rp
1.000
2013
( 400 pasang ÷ 900 pasang )
x
Rp
1.800
=
Rp
   800

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat anggaran daur hidup seperti:

PT. Pabrik Sepatu
Anggaran Daur Hidup Produk
Tahun 2011,2012,2013 (dalam Rp)
Keterangan
Biaya dianggarkan
Jumlah
2011
2012
2013
Biaya pengembangan
1.800
1.800
Biaya pabrik
3.000
2.400
5.400
Biaya dukungan logistik
1.000
800
1.800
Biaya daur hidup tahunan
1.800
4.000
3.200
9.000
Biaya purna jual
1.000
800
1.800
Biaya keseluruhan hidup tahunan
1.800
5.000
4.000
10.800
Laba Rugi Produk Dianggarkan (dalam Rp)
Tahun
Dapatan
Biaya
Laba Tahunan
Laba Komulatif
2011
-
1.800
(1.800)
( 1.800)
2012
7.500
4.000
3.500
1.700
2013
6.000
3.200
2.800
4.500


Penyusunan Anggaran Tetap Berbasis Aktivitas dan Anggaran Berbasis Aktivitas
            Anggaran tetap yang disusun ini adalah dalam bentuk anggaran induk. Anggaran induk terdiri atas anggaran operasional dan anggaran keuangan. Anggaran operasional merupakan anggaran yang terdiri atas unsur anggaran laba rugi. Anggaran keuangan merupakan anggaran yang terdiri atas unsur anggaran neraca. Anggaran tetap yang disusun dalam bentuk anggaran induk berupa anggaran tetap berbasis aktivitas,anggaran berbasis fungsional,dan anggaran tetap berbasis sifat. Anggaran tetap berbasi fungsional dan anggaran tetap berbasis sifat merupakan anggaran tradisional atan anggaran konvensional.
            Sedangkan anggaran berbasis aktivitas ini disusun berupa anggaran induk yaitu meliputi anggaran laba rugi (anggaran operasional) dan anggaran neraca (anggaran keuangan).







Kesimpulan
Manajemen berbasis aktivitas adalah pendekatan pengelolaan terpadu dan bersistem terhadap aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan cuntomer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value tersebut.
Manajemen berbasis aktivitas mencakup analisis nilai proses (process value analysis) dan penentuan biaya proses.
Activity-based budgeting, activity-based management, dan activity-based cost system merupakan system terpadu yang menjadikan activity-based management sebagai intinya. Ketiga system tersebut digunakan untuk menghasilkan value terbaik bagi customer melalui aktivitas yang cost effective.
Activity-based budgeting adalah penyusunan anggaran biaya per aktivitas untuk memungkinkan manajer memprediksi biaya aktivitas yang akan terjadi dalam periode anggaran. Acttivity-based budgeting memungkinkan manajer merencanakan dan memantau improvement terhadap aktivitas secara lebih seksama.
Sistem informasi biaya berbasis aktivitas menyediakan informasi biaya untuk memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan aktivitas (activity management).
Cara membuat anggaran


Daftar Pustaka

M.Nafarin. 2013. Anggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat
Http://www. Irma Rusmiati  Activity Based Budgeting.com//
Welsch,hilton,goldon. 2000. Anggaran Perencanaan dan Pengendalian Laba. Jakarta: Salemba Empat