Tujuan
penulisan :
1. Siswa dapat
mengetahui definisi dari anggaran BOP
2. Siswa dapat
mengetahui jenis-jenis anggaran BOP
3. Siswa dapat
mengetahui karakteristik dari anggaran BOP
4. Siswa dapat
menghitung HPP
5. Siswa dapat menghitung
tarif BOP
Pengertian
Anggaran BOP
Perencanaan biaya yang baik harusnya dipusatkan pada hubungan antara
tingkat pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut.
Anggaran biaya biasanya dibuat bersamaan dan digabungkan dalam sebuah rencana
yang disebut Rencana Harga Pokok Produk. Anggaran ini memerlukan semua biaya
produksi yang dapat diidentifikasi, baik secara langsung atau melalui alokasi,
untuk setiap produk.
Tiga anggaran
pokok yang relevan dengan produksi ini mencakup :
a.
anggaran biaya bahan mentah,
b. anggaran tenaga kerja langsung, yang merinci kuantitas dan biaya yang
direncanakan dari tenaga kerja langsung, dan
c.
anggaran biaya overhead pabrik, yang meliputi rencana untuk semua biaya
pabrik selain bahan mentah langsung dan tenaga kerja langsung.
Pada topik
Anggaran Bahan Baku dan Anggaran Tenaga Kerja Langsung telah dikupas secara
mendalam mengenai rencana biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga
kerja langsung. Materi ini diawali dengan pembahasan tentang pentingnya
perencanaan Biaya Overhead Pabrik (BOP) bagi perusahaan. Pembahasan dilanjutkan
dengan mempelajari faktor-faktor yang harus dipahami untuk melakukan penyusunan
anggaran BOP, teknik pengalokasian BOP yang bersifat tidak langsung, dan
pembahasa pentingnya pemahaman tentang perbedaan pembebanan dan pengendalian
BOP. Materi ini akan diakhiri dengan pembahasan tentang anggaran BOP sebagai
sarana penyusunan Harga Pokok Produksi.
Manajer
seharusnya memandang perencanaan dan pengendalian terhadap
pengeluaran-pengeluaran sebagai sebuah kewajiban. Hal ini dilakukan untuk
mempertahankan biaya yang wajar demi tercapainya tujuan dan program-program
yang telah direncanakan perusahaan. Dua istilah biaya (cost) dan
beban/pengeluaran (expense) sering digunakan untuk pengertian yang sama. Untuk
tujuan akuntansi keuangan, biaya (cost) merupakan pengorbanan sumber ekonomi,
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu. Biaya (cost) ini akan menjadi beban/pengeluaran
(expense) ketika telah dikonsumsi (dihabiskan). Sehingga yang dimaksud dengan
beban/pengeluaran (expense) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang terjadi
sekarang atau biaya yang telah dikonsumsi sekarang. Untuk tujuan akuntansi
manajemen, kedua istilah ini didefinisikan secara terpisah.
Perencanaan
yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran dengan
manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Untuk mendapatkan manfaat
tertentu perusahaan tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang cukup besar.
Sebagai contoh untuk meningkatkan volume penjualan, perusahaan mengeluarkan
biaya riset dan pengembangan produk yanga cukup besar. Manfaat dari kegiatan
tersebut tentunya adalah tercapainya kuota penjualan yang besar. Untuk itu
perusahaan juga harus mengeluarkan biaya promosi dan distribusi yang besar.
Sebuah perusahaan lain melakukan penelitian pasar untuk mengetahui tingkah laku
konsumen (consumers behaviour).
Manfaat yang diperoleh dari
kegiatan ini antara lain :
Dapat diketahuinya market share yang dimiliki perusahaan.
Dapat diketahui siapa konsumen akhir barang yang dijual.
Dapat diketahui apa yang diinginkan konsumen dari barang yang dijual, dan
lain-lain.
Selain itu, perencanaan biaya
seharusnya lebih terfokus pada penggunaan sumber daya yang terbatas secara
baik, bukan sekedar pengurangan biaya. Beberapa perusahaan melakukan pemotongan pengeluaran-pengeluaran tanpa
mempertimbangkan akibat-akibatnya pada keuntungan yang akan diperoleh. Sebagai
contoh perusahaan tidak menyediakan sumber daya yang memadai untuk memeelihara
harta seperti peralatan mesin dan bangunan-bangunan. Tidak dapat dielakkan,
keputusan-keputusan jangka pendek, walaupun mengurangi pengeluaran-pengeluaran
dalam jangka waktu tertentu, tetapi mengakibatkan meningkatnya biaya karena
kerusakan-kerusakan, mesin-mesin yang tidak efisien, tenaga yang frustasi,
kesalahan mesin, biaya perbaikan yang besar dan berkurangnya umur harta.
Sehingga untuk jangka panjang sebenarnya biaya yang dikeluarkan semakin
besar.
Meskipun
demikian, biaya harus diawasi. Pengawasan biaya terutama harus diselaraskan
dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam operasinya dan
disesuaikan dengan tanggung jawab yang harus dipikul oleh masing-masing kepala
bagian seperti bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung telah
dibicarakan pada bagian terdahulu.
Pada bagian ini
akan dibicarakan biaya-biaya lain yakni:
i. Biaya-biaya pabrik (sering pula disebut biaya overhead
pabrik).
ii. Biaya-biaya distribusi (sering pula disebut biaya penjualan).
iii. Biaya-biaya administrasi.
ii. Biaya-biaya distribusi (sering pula disebut biaya penjualan).
iii. Biaya-biaya administrasi.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan proses produksi sangat
kompleks jenisnya. Biaya yang tergolong sebagai biaya overhead pabrik (BOP)
adalah semua biaya-biaya pabrik yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi,
kecuali biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung. BOP ini
merupakan biaya produksi total yang tidak dapat secara langsung
diidentifikasikan (ditelusuri) pada produk atau aktivitas tertentu.
Jenis biaya-biaya yang Masuk Kategori BIaya Overhead Pabrik (BOP)
Beberapa jenis biaya yang dikategorikan sebagai BOP diantaranya sebagai
berikut:
1. Biaya bahan mentah tidak langsung (bahan penolong)
Bahan penolong adalah bahan yang
tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk
jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok
produksi tersebut.
2. Biaya tenaga kerja tidak langsung (termasuk gaji)
Tenaga kerja tidak langsung
adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara
langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung
terdiri dari upah, tunjangan, dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja tidak langsung tersebut. Tenaga keja
tidak langsung terdiri dari :
a) Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti
departemen-departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan depertemen
gudang
b) Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala
departemen produksi, karyawan adminstrasi pabrik, dan mandor.
3. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan
berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory
supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin
dan equipmen, kendaraan, perkakas laboraturium, dan aktiva tetap lain yang
digunakan untuk keperluan pabrik.
4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap
aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam
kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik,
bangunan pabrik, mesin dan equipmen, perkakas laboraturium, alat kerja dan
aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam
kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen,
asuransi mesin dan equipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan,
dan biaya amortisasi karugian trial-run.
6. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung
memerlukan pengeluaran uang
tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN
dan sebagainya
Oleh karena begitu banyaknya jenis biaya-biaya yang terjadi di dalam pabrik, maka memerlukan perhatian khusus. Untuk merencanakan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya overhead pabrik, terdapat dua masalah pokok yang perlu perhatian khusus yakni penanggungjawab perencanaan biaya.
Oleh karena begitu banyaknya jenis biaya-biaya yang terjadi di dalam pabrik, maka memerlukan perhatian khusus. Untuk merencanakan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya overhead pabrik, terdapat dua masalah pokok yang perlu perhatian khusus yakni penanggungjawab perencanaan biaya.
Pelaksanaan anggaran yang konprehensif memerlukan sistem akuntansi
pertanggungjawaban (responsibility accounting system) atau kerap dikenal dengan
prinsip biaya departemen langsung (direct departmental cost). Setiap pusat
tanggung jawab memiliki tanggung jawab dan sumber daya masing-masing. Setiap
pusat pertangggungjawaban merupakan suatu sub-unit perusahaan dan berada
dibawah kendali seorang manajer. Dengan membandingkan antara rencana (anggaran)
dengan realisasi, seorang manajer yang memimpin suatu pusat pertanggungjawaban
dapat mengetahui apakah sub unitnya telah mencapai sasaran secara efektif dan
telah menggunakan sumber-sumber secara efisien.
Atas dasar prinsip inilah dikenal dengan adanya pembagian struktur organisasi menjadi departemen produksi dan departemen jasa untuk kegiatan yang dilakukan di pabrik.
a. Departemen produksi (producing department)
Merupakan departemen (bagian) di
dalam pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi/produk akhir, dan
menjadi bagian secara langsung memproses barang jadi. BOP yang terjadi di
departemen produksi dikenal sebagai BOP langsung.
b. Departemen jasa (service department)
Merupakan departemen (bagian) di
pabrik yang menyediakan jasanya dan secara tidak langsung ikut berperan dalam
proses produksi. Biaya yang terjadi di departemen (bagian) jasa ini mungki
sebagian dari jasa yang disediakan digunakan sendiri. Dengan demikian BOP yang
terjadi di departemen jasa ini lebih dikenal sebagai BOP tidak langsung.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diklasifikasikan dua jenis biaya overhead pabrik, sesuai tanggung jawab masing-masing departemen (bagian) yakni:
a. BOP
langsung (direct departmental overhead expensees)
adalah BOP yang terjadi di
departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut.
Contoh biaya ini adalah gaji mandor departemen produksi, biaya depresiasi mesin
dan biaya bahan penolong.
b. BOP tidak
langsung (indirect departmental overhead expenses)
adalah BOP yang manfaatnya
dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh BOP ini adalah biaya
depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik (dengan asumsi gedung
pabrik digunakan oleh beberapa departemen produksi).
Karakteristik/ Sifat-sifat Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Dalam mengadakan perencanaan dan pengawasan biaya sangat perlu diketahui
sifat-sifat biaya. Pada dasarnya menurut sifatnya dikenal 3 (tiga) macam biaya
yakni:
1. Biaya tetap (Fixed cost)
Biaya tetap (fixed cost) yaitu
biaya-biaya yang cenderung untuk bersifat konstan secara total dari bulan ke
bulan, tanpa terpengaruh oleh volume kegiatan, dengan beberapa asumsi tertentu
seperti kebijaksanaan manajemen, periode waktu dan lain-lain. Biaya-biaya yang
termasuk kategori biaya tetap ini antara lain adalah gaji, pajak kekayaan,
asuransi, dan biaya penyusutan (kecuali yang menggunakan Performane Method).
Biaya tetap hanya bersifat tetap
dalam hubungannya dengan periode anggaran dan kisar relevan (relevant range)
tertentu. Kisar relevan adalah kisar kegiatan normal, dalam arti bahwa
perusahaan merencanakan untuk beroperasi pada kisar kegiatan tersebut.
Biaya tetap dapat berubah dari tahun anggaran tertentu
ke tahun anggaran lainnya apabila terdapat perubahan dalam tarif biaya (seperti
tarif asuransi, tarif gaji eksekutif atau tarif pajak bumi dan bangunan) atau
perubahan kebijakan manajemen (penambahan aktiva yang mempengaruhi besarnya
biaya depresiasi).
Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran, maka
untuk ketegori BOP yang bersifat tetap ini wewenang penganggarannya terletak di
luar (di atas) bagian/departemen yang bersangkutan yaitu ditetapkan oleh Pusat
(direktur).
2.
Biaya variabel (Variable cost)
Biaya variabel yaitu biaya yang totalnya berubah-ubah
secara proposional dengan perubahan volume kegiatan, tetapi per unitnya tetap. Dengan demikian BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Semakin besar volume kegiatan, maka semakin besar
pula BOP. Sebaliknya, semakin kecil volume kegiatan, semakin kecil pula BOP.
Dalam hal ini tingkat kegiatan perusaahaan dinyatakan dalam satuan aktivitas
(activity base), seperti jam buruh langsung (DLH) jam mesin (DMH) dan unit
barang (kg, liter dan lain-lain).
Biaya-biaya yang termasuk
kategori biaya variabel antara lain adalah biaya bahaan mentah langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan tenaga (power).
Berdasarkan kewenangan dalam
menentukan anggaran, maka penentuan besarnya biaya variabel ini untuk jumlah
(volume) ditetapkan oleh bagian masing-masing sedangkan untuk tarif (harga)
ditentukan oleh pusat (direktur).
3. Biaya Semi variabel
Biaya semi
variabel adalah yang bersifat campuran, yakni antara biaya tetap dan variabel.
BOP semi variabel adalah BOP yang berubah, namun perubahannya tidak sebandinng
dengan perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif BOP dan
pengendalian biaya, maka BOP yang bersifat semi variabel ini dipecahkan menjadi
dua unsur biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya-biaya
yang termasuk kategori biaya semi variabel antara lain adalah biaya tenaga
kerja tak langsung, biaya pemeliharaan, biaya peralatan, dan biaya bahan mentah
tak langsung dan lain-lain. Sebagai contoh adalah biaya listrik. Biaya ini
bersifat tetap karena setiap bulan perusahaan harus membayar biaya berlangganan
jasa listrik yang bersifat tetap, dan juga memiliki unsur variabel karena biaya
listrik ini bertambah seiring meningkatnya perubahan volume kegiatan
perusahaan.
Berdasarkan
kewenangannya, maka penentuan besarnya anggaran biaya semi variabel ini
sepenuhnya terletak dibagian masing-masing. Sebagai contoh adalah penganggaran
biaya Administrasi yang diselenggarakan oleh bagian itu sendiri.
Menghitung Harga Pokok Produksi
Dalam pembuatan produk terdapat dua
kelompok biaya: biaya produksi dan bidaya non produksi. Biaya produksi
merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi
produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan nonproduksi, seperti pemasaran dan kegiatan administrasi umum.
Penentuan biaya produksi dipengaruhi
oleh pendekatan yang digunakan untuk
menentukan unsur-unsur biaya produksi. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan
biaya produksi, yakni (1) Full Costing dan (2) Variable Costing. Metode Full
Costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua
unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan
mentah, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang
bersifat tetap maupun variabel. Metode Variable Costing merupakan metode
penentuan biaya produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya
produksi, yang terdiri dari biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik variabel.
Secara umum, unsur-unsur
biaya yang digunakan untuk menaksir biaya produksi mencakup:
Harga/biaya produksi dari barang-barang yang dihasilkan dapat dihitung
apabila telah diketahui hal-hal sebagai berikut:
1. Volume produksi masing-masing barang (anggaran produksi)
2. Biaya
bahan mentah untuk masing-masing (anggaran bahan mentah)
3. Biaya tenaga kerja langsung
untuk masing-masing barang (anggaran tenaga kerja)
4. Biaya overhead pabrik untuk
masing-masing departemen produksi dan departemen jasa (pembantu)
5. Satuan
kegiatan masing-masing deparetemen produksi dan departemen jasa (pembantu)
6. Anagka-angka standar pada masing-masing
departemen
Informasi tentang harga pokok
produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen
untuk:
- Menentukaan harga jual produk
Informasi taksiran biaya
produksi per satuan yangakan dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam jangka
waktu tertentu dapat dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan harga
jual per unit produk yang akan dibebankan kepada pembeli. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah
satu informasi yang dipertimbangkan di samping informasi biaya lain serta
informasi non biaya.
- Memantau realisasi biaya produksi
Manajemen memerlukan informasi
biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana
produksi. Informasi ini berguna untuk memantau apakah proses produksi
mengkonsumsi total biaya produksi yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya.
- Menghitung laba rugi perusahaan
Manajemen memerlukan informasi
biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode
tertentu. Informasi ini berguna untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan
pemasaran dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau justru
mengakibatkan rugi bruto.
- Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca
Pada waktu manajemen membuat
pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca, manejemen harus
menyajikan harga pokok persediaan produk persediaan produk jadi dan harga pokok
produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses.
Contoh Kasus :
CV GM memproduksi 2 (dua) macam barang
yakni barang A dan B. Dari Budget Produksi, diperoleh data tentang rencana
produksi sebagai berikut:
Terdapat 2 (dua) bagian produksi,
yakni bagian produksi I, dan II, serta I (satu) bagian jasa /pembantu, yakni
bagian Reparasi. Bagian Produksi I hanya dilalui oleh barang A, sedangkan
bagian Produksi II dilalui oleh kedua macam barang (A dan B).
Satuan kegiatan masing-masing
bagian adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Menghitung Tingkat Kegiatan
Terlebih dahulu dihitung tingkat
kegiatan masing-masing bagian (baik bagian produksi maupun bagian
jasa/pembantu) sebagai berikut:
tingkat tingkat kegiatan
masing-masing bagian adalah:
Bagian Produksi I = 7.000 unit barang A
Bagian Produksi II = 40.000 DHM
Bagian Reparasi = 4.200 DRH
Langkah 2: Menghitung Tarif BOP
Setelah itu kemudian diadakan
perhitungan tarif biaya overhead (overhead rate) bagi masing-masing bagian
produksi sebagai berikut:
Keterangan:
1) Rp 28.000,00 / 7.000 unit = Rp 4,00 per
unit
2) Rp20.000,00 / 40.000 DMH= Rp 0,50 per DMH
Langkah 3. Menghitung Harga Pokok Produksi masing-masing produk.
Setelah diketahui tarif biaya
overhead bagi masing-masing bagian produksi, maka dapat dihitung harga pokok
produksi barang A dan B.
Menghitung Tarif Biaya Overhead Pabrik/ BOP (Overhead Rate)
Tarif BOP diperlukan dalam rangka
penentuan harga pokok produksi. Berdasarkan penentuan biaya BOP untuk
masing-masing bagian, maka dapat dihitung tarif BOP dengan cara membagi BOP
dianggarkan dengan tingkat kegiatan di masing-masing departemen (bagian).
Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut:
1. Menyusun anggaran BOP
Dalam menyusun anggaran BOP harus
diperhatikan tingkat kegiatan yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran BOP.
Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran
BOP antara lain:
a. Kapasitas Praktis
Untuk menentukan besarnya kapasitas praktis
dan kapasitas normal terlebih dahulu harus ditentukan kapasitas teoritis, yakni
volume produksi maksimum yang dapat dihasilkan oleh pabrik.
Kapasitas teoritis dapat
diartikan sebagai kapasitas pabrik atau suatu departemen untuk menghasilkan
produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu.
Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian
waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan.
Penetapan kapasitas praktis ini perlu dilakukan karena sangat tidak mungkin
suatu pabrik dijalankan pada kapasitas teoritis. Dengan demikian perlu
diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu dalam penentuan kapasitas seperti
penghentian pabrik yang tidak dapat dihindari karena kerusakan mesin.
b. Kapasitas Normal
Adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi
dan menjual produknya dalam jangka panjang. Jika dalam penentuan
kapasitaspraktis hanya diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu akibat
faktor-faktor intern perusahaan, maka dalam penentuan kapasitas normal
diperhitungkan pula kecenderungan penjualan dalam jangka panjang.
c. Kapasitas Sesungguhnya yang
Diharapkan
Adalah kapasitas sesungguhnya
yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang. Jika
anggaran BOP didasarkan pada kapasitas sesungguhnya yang diharapkan, maka
berarti ramalan penjualan tahun yang akan datang dipakai sebagai dasar
penentuan kapasitas, sedangkan jika anggaran tersebut didasarkan pada kapasitas
praktis dan normal, maka titik berat diletakkan pada kapasitas fisik pabrik.
Penentuan tarif BOP atas dasar
kapasitas sesungguhnya yang diharapkan merupakan pendekatan jangka pendek, dan
metode ini umumnya mengakibatkan digunakan tarif yang berbeda dari periode ke
periode. Penentuan tarif BOP atas dasar kapasitas praktis atau kapasitas normal
merupakan pendekatan jangka panjang, yang menghubungkan tingkat kegiatan
perusahaan dengan kapasitas fisik pabrik dan tidak dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan penjualan yang bersifat sementara. Dengan pendekatan ini
tarif BOP relatif konstan untuk jangka waktu yang relatif lama.
2. Memilih dasar pembebanan BOP kepada produk
Setelah anggaran BOP selesai disusun, maka
langkah selanjutnya adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan
secara adil BOP kepada produk. Dasar pembebanan ini dikenal sebagai satuan
kegiatan atau satuan penghitung yakni satuan yang dipakai untuk mengetahui
jumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh bagian produksi dan bagian jasa dalam
rangka proses produksi. Satuan kegiatan ini sangat diperlukan dalam penyusunan
anggaran BOP karena pada prinsipnya BOP merupakan hasil perkalian antara satuan
kegiatan dengan tarif BOP.
Beberapa dasar yang dapat dipakai
sebagai satuan kegiatan untuk membebankan BOP kepada produk, antara lain:
- Satuan produk
Metode ini merupakan metode yang
paling sederhana dan langsung membebankan BOP kepada produk. Beban BOP untuk
setiap produk dihitung dengan formula berikut:
Metode ini cocok digunakan untuk
perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk. Jika perusahaan
menghasilkan lebih dari macam produk yang serupa dan berhubungan erat satu
dengan yang lain, maka pembebanan dengan dasar tertimbang atau dasar nilai.
- Biaya bahan mentah
Jika BOP yang dominan
bervariasi dengan nilai bahan mentah (misal biaya asuransi bahan baku), maka
dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan
bakuyang dipakai. Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
- Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jika sebagian besar elemen BOP
mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah TKL (contoh pajak penghasilan
atas upah karyawan yang ditanggung perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk
membebankan adalah biaya TKL.
Formula perhitungan tarif BOP
adalah sebagai berikut:
- Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)
Oleh karena ada keterkaitan yang sangat
erat antara biaya TKL dengan jumlah jam kerja langsung, maka BOP dibebankan
atas dasar jam tenaga kerja langsung.
Formula perhitungan tarif BOP
adalah sebagai berikut:
- Jam Mesin
Apabila BOP bervariasi dengan
waktu penggunaan mesin (contoh bahan bakar atau listrik dipakai untuk
menjalankan mesin), maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam
mesin. Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
Penentuan atau pemilihan
satuan kegiatan ini merupakan tanggung jawab manajer produksi. Ia harus
berhati-hati dalam hal ini. Kesalahan memilih satuan kegiatan mengakibatkan
kesalahan pembebanan biaya overhead ke setiap bagian, atau kesalahan pembebanan
biaya overhead kepada barang-barang yang disediakan. Ia akan mengakibatkan
kesalahan harga pokok produksi.
3. Menghitung tarif BOP
Setelah anggaran BOP selesai disusundan
ditentukan besar satuan kegiatan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif
BOP.
Kesimpulan
Biaya-biaya produksi yang tidak dapat dikategorikan ke dalam biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya bahan baku
tudak langsung dann biaya tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik
lainnya dikelompokan tersendiri yang disebut biaya overhead pabrik.
Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian biaya
dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian biaya overhead pabrik
dapat lebih mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat
terjadinya, sehingga dengan demikian akan memperjelas tanggung jawab setiap
biaya yang terjadi dalam departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif-tarif
BOP yang berbeda-beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang
melewati suatu departemen produksi akan dibebani dengan BOP. Sesuai dengan
departemen bersangkutan.
DAFTAR RUJUKAN
Gunawan Adisaputro, Marwan Asri. 2016. Anggaran Perusahaan. Cetakan Kedelapan, BPFE, Yogyakarta.
Hendra Poerwanto :www.hendrabudget.web.id